Penelitian Model Pembelajaran Baca Tulis Qur'an baik secara Klasikal Maupun Individual
Oleh : Mardiana (09110037) Jurusan Tarbiyah FAI UMM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Umat
muslim tidak dapat terlepas dari Al-qur’an yang sangat lengkap yang sempurna
isinya. Hal tersebut diyakini sebagai petunjuk sekaligus menjadi pedoman hidup
dalam urusan duniawi dan ukrowi sehingga tidak mengherankan jika kaum muslimin
selalu kembali kepada Al-qur’an dalam setiap menghadapi permasalahan dalam
kehidupannya.
Manusia
yang beriman harus memahami fungsi Al-qur’an dan membaca Al-qur’an dengan fasih
ataupun secara tartil sesuai dengan ilmu tajwid yang benar. Mempelajari
Al-qur’anpun harus sungguh-sungguh, baik mempelajari yang tersurat maupun makna
yang tersirat, menghayati serta mengamalkan isi kandungan Al-qur’an dalam
kehidupan sehari-hari.
Mengajarkan
cara membaca Al-qur’an merupakan hal yang sangat penting karena Al-quran
merupakan kalam Ilahi yang harus diaplikasikan dengan penguasaan cara membaca
Al-qur’an dengan baik berdasarkan ilmu tajwid. Selain itu dapat dijadikan
landasan bagi anak-anak untuk memahami dan mendalami ajaran Islam.
Namun
demikian, dewasa ini banyak sekali di tengah-tengah masyarakat generasi Islam yang belum mampu membaca Al-qur’an
dengan baik. Pembelajaran baca Al-qur’an seharusnya di berikan kepada seseorang
sebelum Ia memasuki usia dewasa. Hal ini disebabkan karena pada usia dewasa
kapasitas penerimaan ilmu mulai berkurang di bandingkan pada usia anak-anak.
Berdasarkan
kenyataan tersebut, maka dilakukan penelitian yang menggunakan metode
pembelajaran klasikal dan individual baca tulis Al-qur’an di TPA DURUN NAFIZ
guna memperoleh hasil mengenai metode apa yang sesuai dalam proses belajar baca
Qur’an.
Metode individual tersebut merupakan
metode yang diterapkan secara individual yang mana pendidik berhadapan langsung
dengan anak didik dengan cara bergantian satu persatu, begitupun dengan metode
klasikal merupakan metode pengajaran yang di sampaikan bersama antara pendidik
dan anak didik, dimana pendidik menerangkan sementara anak didik secara
keseluruhan memperhatikan dan mencatat apa yang di terangkan guru.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian diatas dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran
individual dan klasikal dalam pembelajaran baca Qur’an?
2. Faktor apa saja kah yang dapat
menghambat dan mendukung pelaksanaan pengajaran baca Qur’an?
C.
Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang
dapat menghambat atau mendukung pelaksanaan pengajaran baca Qur’an;
2. Untuk dapat mengevaluasi hasil
pembelajaran santri mengenai metode apa yang sesuai dalam proses pembelajaran
baca Qur’an.
D.
Metodologi
Penelitian
1.
Populasi dan Responden
Penetapan
dan pengambilan populasi pada penelitian ilmiah mutlak diperlukan. Penetapan
populasi yang tepat artinya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
direncanakan akan sangat menetukan pula keberhasilan dari penelitian itu
sendiri. Penetapan populasi maupun sampel yang salah akan mempersulit cara
kerja peneliti, dan bahkan sangat mungkin akan memngancam kegagalaan dari
penelitian itu sendiri.
Maka pengambilan populasi hendaknya
dilakukan secara tepat, jelas dan lengkap, sehingga data yang di ambil dapat
dipertanggung jawabkan keakuratannya dan kebenarannya. Dilain pihak hasil
penelitian tersebut nantinya benar-benar mendekati valid atau kebenaran
sehingga hasil penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara moral
dan dapat diuji lagi oleh peneliti yang lain akan kebenarannya.
2.
Responden Studi Populasi
Berpijak dari pengertian populasi diatas,
maka pada penelitian ini seluruh siswa TPA Durun Nafiz tahun ajaran 2009-2010
adalah populasi yang akan di jadikan objek penelitian ini. Adapun jumlah mereka
ada 15 santri.
Berdasarkan metode pengajaran yang ingin
diuji maka metode pembelajaran tahap pertama dilakukan secara klasikal baik
dengan pemberian materi pokok maupun materi penunjang dan berikutnya secara
individual juga demikian. Berdasarkan metode pembelajaran inilah dapat
diketahui berapa sampel santri yang dapat membaca Al-qur’an dengan kaidah
tajwid yang benar dan berapa sample santri yang mampu menjawab materi penunjang
pada saat evaluasi.
3.
Lokasi
Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang
dipilih oleh peneliti untuk menentukan fokus dan konsentrasi guna melacak,
mengamati, mempelajari, gejala-gejala dan fenomena secara cermat sehingga
relevan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, dalam hal ini peneliti
melakukan penelitian di TPA Durun Nafis Jetis. Yang bertempat dijalan Margo
Utomo Dalam No. 56 Dau Malang.
4.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu:
a)
Observasi
Observasi
ialah “ Kegiatan keseharian manusia dengan menggunkana panca indera mata sebagi
alat bantu untamanya selain panca indera lainnya seperti, telinga, penciuman,
mulut, dan kulit” (Burhan bungin, 2001:142). Dapat disimpulkan bahwa observasi ialah
kemampuan seseorang untuk melakukan pengamatan melalui hasil kerja panca
indera.
Pengamtan
prose belajar mengajar, kegiatan santri sehari-hari serta lingkungan TPA
tersebut sebagai setting penelitian ini, hal ini digunakan untuk memperoleh
data awal penelitian dan mengetahui kondisi umum model pengelolaan TPA. Melalui
obsevasi ini peneliti dapat secara pribadi mengembangkan daya dalam mengamati
suatu objek. Melaui observasi ini yang terpenting dibutuhkan oleh pengamat
ialah harus menguasai objek secara umum dari yang hendak diamati.
b)
Interview
Teknik
wawancara ialah “ Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden”
(Burhan bungin, 2001:134). Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai orang tua
selaku pembimbing utama anak pada saat berada dirumah mengenai sejauh mana
peran orang tua bagi anak terhadap proses belajar anak.
5.
Teknik Analisis Data
Berikut
ini merupakan data table yang nantinya akan di analisa hasinya baik melalui metode klasikal maupun melaui
metode individual.
1. Perolehan nilai baca Al-Qur’an, pada
koresponden di bawah ini yakni kemampuan membaca Al-Qur’an hasil pembelajaran
membaca Al-Qur’an di TPA Durun Nafis-Jetis.
Tabel.
1
Kriteria
Penilaian Kemampuan Membaca Al-Qur’an pada Materi Pokok dalam Metode Klasikal.
No
|
INDIKTOR
|
JUMLAH SISWA
|
SKOR
|
1.
2.
.
3.
4.
5.
|
Kriteria
Kelancaran
Dapat membaca
Al-Qur’an dengan cepat tanpa berhenti.
Dapat membaca
Al-Qur’an dengan cepat dan ada pengulangan.
Dapat membaca
Al-Qur’an dengan berhenti-henti atau gagap.
Tidak dapat
membaca kalimat.
Tidak dapat
membaca huruf sama sekali.
|
||
1.
2.
3.
4.
5..
|
Kriteria
Penerapan Mahraj dan Tajwid
Dapat mengucapkan
huruf hijaiyah dengan jelas disertai tajwid yang tepat.
Dapat mengucapkan
huruf hijaiyah dengan tepat dan tajwidnya kurang tepat.
Mengucapkan huruf
kurang jelas atau tepat dan tajwidnya benar.
Dapat mengucapkan
huruf dengan tepat tapi tajwidnya tidak benar.
Tidak dapat
membaca huruf dan tajwidnya.
|
Berdasarkan data diatas makan kritera
penilaian tersebut mudah dipahami dan dianalisa melalui skor yang diperoleh
siswa, yang nantinya kriterian tersebut akan dibagi dalam lima kategori, yaitu;
a. Nilai >8 termasuk kategori baik
sekali.
b. Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c. Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d. Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e. Nilai <5 termasuk kategori kurang.
2. Materi Tes
Materi tes yang diberikkan kepada siswa
adalah ayat-ayat Al-qur’an, bahan pelajaran dalam materi tes untuk TPA yaitu;
- Q.S Al-Lail 1-21
- Q.S Al-Bayyinah 1-8
- Q.S As-Syams 1-15
- Q.S Al-Alaq 1-19
- Q.S At-Thoriq 1-17
Bagi siswa yang tidak bisa membaca
Al-Qur’an, diberikan materi yang terdapat dalam buku iqro’ 1 sampai dengan 6,
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Adapun data yang nantinya akan diperoleh
dari hasil materi pokok dalam metode klasikal akan diuraikan kedalam table
dibawah ini:
No.
|
KETERANGAN
|
JUMLAH SISWA
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kategori baik
sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
|
|
JUMLAH
|
Dari tabel dan keterangan di atas, maka
nanti dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar 15 siswa pada mata pelajaran
materi pokok dalam metode klasikal adalah sebagai berikut:
No.
|
KETERANGAN
|
JUMLAH
SISWA
|
JUMLAH
PERSEN
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Siswa yang
mendapat nilai >8
Siswa yang
mendapat nilai 7-8
Siswa yang
mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang
mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang
mendapat nilai <5
|
||
JUMLAH
|
Dari kelompok tersebut dapat diketahui,
bahwa santri yang berhasil memperoleh nilai di atas akan diketahui pada
pembahasan hasil penelitian.
Tabel. 2
Kriteria
Penilaian Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Materi Pokok dalam Metode
Individual.
No.
|
INDIKATOR
|
JUMLAH
SISWA
|
SKOR
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kriteria
Kelancaran
Dapat membaca
Al-Qur’an dengan cepat tanpa berhenti.
Dapat membaca
Al-Qur’an dengan cepat dan ada pengulangan.
Dapat membaca
Al-Qur’an dengan berhenti-henti atau gagap.
Tidak dapat
membaca kalimat.
Tidak dapat
membaca huruf sama sekali.
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kriteria
Penerapan Mahraj dan Tajwid
Dapat mengucapkan
huruf hijaiyah dengan jelas disertai tajwid yang tepat.
Dapat mengucapkan
huruf hijaiyah dengan tepat dan tajwidnya kurang tepat.
Mengucapkan huruf
kurang jelas atau tepat dan tajwidnya benar.
Dapat mengucapkan
huruf dengan tepat tapi tajwidnya tidak benar.
Tidak dapat
membaca huruf dan tajwid.
|
Kritera penilaian tersebut mudah
dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima
kategori, yaitu;
a.
Nilai
>8 termasuk kategori baik sekali.
b.
Nilai
7-8 termasuk kategori baik.
c.
Nilai
6-6,9 termasuk kategori sedang.
d.
Nilai
5-5,9 termasuk kategori cukup.
e.
Nilai
<5 termasuk kategori kurang.
Materi Tes
Materi tes yang diberikkan kepada siswa
adalah ayat-ayat Al-qur’an, bahan pelajaran dalam materi untuk TPA yaitu;
- Q.S At-Takatsur 1-8
- Q.S Al-Gasyiyah 1-26
- Q.S Al-Fajr 1-30
- Q.S Al-Ma’un 1-7
- Q.S Al-Qadr 1-5
Bagi siswa yang tidak bisa membaca
Al-Qur’an, diberikan materi yang terdapat dalam buku iqro’ 1 sampai dengan 6,
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Adapun data yang nantinya akan diperoleh
dari hasil materi pokok dalam metode individual akan diuraikan kedalam table
dibawah ini :
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH SISWA
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kategori baik
sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
|
|
JUMLAH
|
Dari tabel dan keterangan di atas, maka
nanti dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar 15 siswa pada mata pelajaran
materi pokok dalam metode individual adalah sebagai berikut:
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH
SISWA
|
JUMLAH
PERSEN
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Siswa yang
mendapat nilai >8
Siswa yang
mendapat nilai 7-8
Siswa yang
mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang
mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang
mendapat nilai <5
|
||
JUMLAH
|
Tabel. 3
Kriteria
Penilaian Kemampuan Materi Penunjang dalam Metode Klasikal.
NO
|
INDIKATOR
|
JUMLAH SISWA
|
SKOR
|
1.
|
Pelajaran Ilmu
Tajwid
|
||
2.
|
Khutbah atau
Ceramah
|
||
3.
|
Pemberian Tugas
|
||
4.
|
Evaluasi
|
Kritera penilaian tersebut mudah
dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima
kategori, yaitu;
a. Nilai >8 termasuk kategori baik sekali.
b. Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c. Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d. Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e. Nilai <5 termasuk kategori kurang.
Adapun data yang nantinya akan diperoleh
dari hasil materi penunjang dalam metode klasikal sebagaimana terlampir pada
lampiran adalah:
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH
DARI 15 SISWA
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kategori baik
sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
|
|
JUMLAH
|
Dari tabel dan keterangan di atas, maka
nantinya dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar dari 15 siswa pada mata
pelajaran materi penunjang dalam metode klasikal dapat dilihat dalam table
dibawah ini:
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH DARI
15 SISWA
|
JUMLAH
PERSEN
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Siswa yang
mendapat nilai >8
Siswa yang
mendapat nilai 7-8
Siswa yang
mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang
mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang
mendapat nilai <5
|
||
JUMLAH
|
Tabel. 4
Kriteria
Penilaian Kemampuan Materi Penunjang dalam Metode Individual
NO
|
INDIKATOR
|
JUMLAH SISWA
|
SKOR
|
1.
|
Pelajaran Ilmu
Tajwid
|
||
2.
|
Khutbah atau
Ceramah
|
||
3.
|
Pemberian Tugas
|
||
4.
|
Evaluasi
|
Kritera penilaian tersebut mudah
dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima
kategori, yaitu;
a. Nilai >8 termasuk kategori baik
sekali.
b. Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c. Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d. Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e. Nilai <5 termasuk kategori kurang.
Adapun data yang nantinya akan diperoleh
dari hasil materi penunjang dalam metode individual sebagaimana terlampir pada
lampiran adalah
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH
DARI 15 SISWA
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kategori baik
sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
|
|
JUMLAH
|
Dari tabel dan keterangan di atas, dapat
dijelaskan bahwa prestasi belajar dari 15 siswa pada mata pelajaran materi
penunjang dalam metode individual adalah sebagai berikut:
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH DARI
15 SISWA
|
JUMLAH
PERSEN
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Siswa yang mendapat
nilai >8
Siswa yang
mendapat nilai 7-8
Siswa yang
mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang
mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang
mendapat nilai <5
|
||
JUMLAH
|
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Macam-macam Metode Pengajaran Al-qur’an
Metode adalah alat pendidikan yang terpenting
dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan, akan tetapi dari banyaknya
metode tidak ada metode yang sempurna dalam penggunaannya, semua metode
memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing tergantung dari tujuan dan siapa
yang menggunakannya.
Secara
umum metode pengajaran dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Metode Pengajaran Individual
Metode individual adalah metode yang
diterapkan secara individual yang mana pendidik berhadapan langsung dengan anak
didik dengan cara bergantian satu persatu.
Metode ini juga mempunyai kekurangan
seperti di perlukannya guru yang banyak, karena setiap pendidik harus
membimbing seorang anak didik. Dibalik kekurangannya, metode ini juga memiliki
kelebihan seperti pendidik dapat berinteraksi langsung dengan anak didik,
sehingga bimbingan dan arahan mudah dilakukan serta mudah mengetahui kemampuan
anak secara jelas.
2. Metode Pengajaran Klasikal
Metode klasikal adalah pengajaran yang
di sampaikan bersama antara pendidik dan anak didik, dimana pendidik
menerangkan sementara anak didik secara keseluruhan memperhatikan dan mencatat
apa yang di terangkan guru.
Metode klasikal ini terdiri dari
berbagai macam yang mana dari setiap metode tersebut mempunyai kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Macam-macam metode tersebut adalah sebagai berikut:
a) Metode Tanya Jawab
Yang dimaksud dengan
metode Tanya jawab adalah:
“Suatu
cara mengajar dimana seorang guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang
bahan pelajaran yang telah di ajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil
memperhatikan proses berfikir diantara murid-murid”. (Ramayulis,
1994: 135)
Metode Tanya jawab mengandung beberapa
kelemahan dan kelebihan, adapun kelebihannya menurut Ramayulis adalah:
1) Memberi kesempatan kepada murid untuk dapat
menerima penjelasan lebih lanjut.
2) Guru dapat dengan mudah segera
mengetahui kemajuan muridnya dari bahan yang telah diberikan.
3) Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan
baik dari murid dapat mendorong guru untuk dapat memahami lebih mendalam dan
mencari lebih lanjut.
Kelemahan dari metode
ini yaitu:
1) Terdapat perbedaan pendapat, akan
membutuhkan waktu banyak untuk menyelesaikan.
2) Kemungkinan terjadi penyimpangan
perhatian murid, apabila terdapat jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya,
padahal bukan sasaran.
3) Relatif
memerlukan waktu lebih banyak, karena kurang dapat secara cepat
merangkum bahan-bahan pelajaran. (Zuhairini dkk, 1993: 77)
Metode Tanya jawab ini digunakan pendidik
untuk memberikan pertanyaan kepada anak didik diwaktu pelajaran sedang berlangsung,
dengan adanya metode Tanya jawab ini mereka akan lebih mempersiapkan materi
sebelumnya dengan cara belajar.
b) Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas
adalah:
Cara
mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada
murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid
mempertanggungjawabkan. (Ramayulis, 1994: 159)
Adapu kelebihan dari
metode ini yaitu:
1) Sangat efektif untuk mengisi waktu luang
dengan kegiatan konstruktif.
2) Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala
bentuk tugas belajar.
3) Member dan menanamkan kebiasaan pada
murid untuk giat belajar.
4) Member tugas yang bersifat praktis pada
murid. (Zuhairini dkk, 1993: 84)
Adapun kekurangan dari
metode pemberian tugas ini, antara lain:
1) Anak-anak yang terlalu bodoh sukar sekali
belajar.
2) Kemungkinan tugas yang di berikan di
kerjakan oleh orang lain.
3) Terkadang murid menyalin atau meniru
tugas temannya sehingga pengalamannya sendiri tidak ada. (Ramayulis, 1994: 161)
Penerapan metode penugasan ini digunakan
pendidik untuk memberikan tugas kepada anak didik baik materi pokok maupun
materi penunjang yang nantinya akan dipertanggung jawabkan di hadapan pendidik.
c) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah bentuk interaktif
edukatif melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau pendidik
terhadap anak didik. (Zuhairini dkk, 1993: 74)
Metode ini mempunyai kelebihan dibanding
dengan metode yang lain, adapun kelebihan tersebut adalah:
1) Dalam waktu yang relatif singkat dapat
di sampaikan bahan yang banyak.
2) Organisasi kelas lebih sederhana tidak
perlu mengadakan pengelompokan murid seperti pada metode sebelumnya.
3) Guru dapat menguasai seluruh kelas
dengan mudah, walaupun jumlah murid lebih banyak. (Zuhairini dkk, 1993:74)
Sementara
kelebihan dari metode ini, yaitu:
1) Interaksi cenderung bersifat teacher
centered (berpusat pada guru)
2) Guru kurang mengetahui dengan pasti
sejauh man siswa dapat menguasai bahan ceramah.
3) Siswa dapat membentuk konsep lain dari
apa yang dimaksudkan guru.
4) Kurang memberi kesempatan pada siswa
untuk mengembangkan kecakapan dalam mengeluarkan pendapat. (Ramayulis, 1994:
132)
Metode ini digunakan pendidik untuk menyampaikan
meteri pada anak didik yang belajar membaca al-quran sebagai bahan selingan
setelah memberi materi pokok yaitu membaca al-quran telah selesai dan di
harapkan dengan metode tersebut anak didik termotivasi dalam belajarnya.
d) Evaluasi
Setiap tindakan dalam pendidikan selalu
menghendaki hasil, hasil tersebut diharapkan memuaskan dari sebelumnya.
Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan karena penilaian akan
menentukan apakah tujuan pendidikan bisa dicapai atau tidak.
Evaluasi atau penilaian yang dilakukan
dalam proses belajar membaca al-quran bagi anak yaitu dengan melihat kemampuan
bacaannya, jika membacanya belum lancer dan masih banyak kesalahan maka tidak
akan dinaikkan lebih lanjut akan tetapi harus mengulangi.
e) Suasana yang menyenangkan
Suasana yang menyenangkan adalah suatu
cara yang dilakukan oleh guru agar anak betah berada dikelas ketika pelajaran
berlangsung.
Hal ini diciptakan guru dengan jalan
menjadikan kelas itu hidup, terjalin hubungan yang baik antar sesama anak, juga
antar anak dengan guru.
B.
Materi
Demi mencapai sebuah tujuan, maka materi
pelajaran dibedakan menjadi dua yaitu materi pokok dan materi penunjang.
1. Materi Pokok
Materi pokok merupakan belajar membaca
Al-Quran secara benar dan tepat sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Metode Iqro’
yang terdiri dari jilid1-6 yang digunakan anak-anak dalam belajar
2. Materi Penunjang
Materi penunjang
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Ilmu Tajwid
Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah
fardu kifayah dan menerapkan ilmu tajwid dalam membaca Al-Quran adalah fardu
‘ain. Ilmu tajwid ini dalam sangat diperlukan dalam belajar membaca Al-Quran.
2) Tanya Jawab
Sebagai langkah untuk membantu permasalahan
yang dihadapi oleh anak-anak baik hubungan dengan kesulitan belajar membaca
Al-Qur’an atau masalah keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, maka perlu adanya
materi untuk Tanya jawab dengan harapan apa yang dihadapi dapat diselesaikan
atau setidaknya dapat membantu masalah yang dihadapi.
Hal tersebut sesuai dengan tugas guru
sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan pada santrinya dalam
melakukan kegiatan belajar, atau tidak berlebihan jika guru sebagai tempat
bertanya manakala santri tidak dapat mengatasi permasalahannya.
C.
Faktor-faktor penunjang dan penghambat belajar
membaca al-qur’an
1. Faktor Penunjang
Adapaun faktor
penunjang itu, antara lain:
a) Faktor anak didik
Faktor anak didik adalah faktor yang di
pengaruhi oleh orang lain atau yang di usahakan orang untuk dibina, dan
diarahkan agar anak mempunyai minat belajar baca yang tinggi. Sebab anak didik
sebagai sarana yang penting yang harus di bimbing agar mempunyai minat belajar
yang tinggi.
b) Faktor pendidik
Pendidik sebagai pelaksana dalam upaya
menumbuhkan motivasi belajar baca al-qur’an pada anak, maka anak yang suka pada
gurunya akan membantu lancarnya proses belajar. Sebaliknya guru yang kurang
memperhatikan muridnya akan memperlambat proses belajar. Dengan demikian bagi
guru yang bijaksana selalu berusaha untuk dicontoh dan simpati
terhadapnya,dengan harapan dapat membantu proses belajar murid itu sendiri.
c) Faktor tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan belajar al-qur’an pada
anak adalah agar anak mempunyai kemampuan membaca yang benar dan fasih dan
membimbing anak dapat mengamalkan ilmunya.
d) Faktor alat pendidikan dan pengembangan
metode
Dalam proses belajar dapat mencapai
suatu keberhasilan dengan adanya alat-alat penunjang seperti poster huruf
hijaiyah, papan tulis, gambar makhorijul huruf. Maka banyak metode pengembangan
cara belajar baca al-qur’an, seperti halnya pengembangan metode iqro’, sehingga
dengan adanya metode tersebut proses belajar mengajar baca al-qur’an dapat
mencapai keberhasilan.
e) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan itu diantaranya faktor
lingkungan sekolah, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan masyarakat,
ketiga lingkungan itu saling berkaitan dan tidak lepas dari kehidupan manusia,
kerena ketiga faktor lingkungan tersebut yang mempengaruhinya.
2. Faktor penghambat
Adapun yang menjadi
faktor penghambat tersebut diantaranya:
a) Adanya guru yang kurang menguasai materi
serta kurang tepat dalam menggunakan metode, sehingga kurang harmonis dalam
proses belajar mengajar sehingga timbul rasa kejenuhan anak dalam belajar.
b) Adanya anak didik yang kurang menyadari
akan pentingnya belajar, sehingga anak bersikap acuh tak acuh terhadap
pelajaran baca Al-qur’an.
c) Adanya lingkungan pendidikan yang kurang
menunjang, maksudnya lingkungan yang tidak sehat dan kurang sesuai dengan apa
yang di harapkan.
d) Kurang adanya pengawasan orangtua
terhadap anak sehingga anak kurang perhatian terhadap pentingnya belajar.
BAB
III
HASIL
PENELITIAN
A.
Hasil Kualitatif
Yang dimaksud dengan hasil kualitatif
dalam penelitian ini adalah dinyatakan dalam bentuk tabel. Hasil kualitatif
dari penelitian berikut ini akan divisuaalisasikan dalam bentuk tabel, sehingga
akan mempermudah pembaca dalam mengetahuinya.
1. Perolehan nilai baca Al-Qur’an, pada
koresponden di bawah ini yakni kemampuan membaca Al-Qur’an hasil pembelajaran
membaca Al-Qur’an di TPA Durun Nafis-Jetis.
Tabel.
1
Kriteria
Penilaian Kemampuan Membaca Al-Qur’an pada Materi Pokok dalam Metode Klasikal
NO
|
INDIKTOR
|
JUMLAH
SISWA
|
SKOR
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kriteria Kelancaran
Dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat tanpa berhenti.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat dan ada
pengulangan.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan berhenti-henti atau
gagap.
Tidak dapat membaca kalimat.
Tidak dapat membaca huruf sama sekali.
|
2
3
3
3
4
|
>8
7-8
6-6,9
5-5,9
<5
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kriteria Penerapan Mahraj dan Tajwid
Dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan jelas disertai
tajwid yang tepat.
Dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan tepat dan
tajwidnya kurang tepat.
Mengucapkan huruf kurang jelas atau tepat dan tajwidnya
benar.
Dapat mengucapkan huruf dengan tepat tapi tajwidnya
tidak benar.
Tidak dapat membaca huruf dan tajwidnya.
|
2
3
3
3
4
|
>8
7-8
6-6,9
5-5,9
<5
|
Kritera penilaian tersebut mudah
dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima
kategori, yaitu;
a. Nilai >8 termasuk kategori baik
sekali.
b. Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c. Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d. Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e. Nilai <5 termasuk kategori kurang.
2. Materi Tes
Materi tes yang diberikkan kepada siswa
adalah ayat-ayat Al-Qur’an, bahan pelajaran dalam materi untuk TPA yaitu:
Ø Q.S Al-Lail 1-21
Ø Q.S Al-Bayyinah 1-8
Ø Q.S As-Syams 1-15
Ø Q.S Al-Alaq 1-19
Ø Q.S At-Thoriq 1-17
Bagi siswa yang tidak bisa membaca
Al-Qur’an, diberikan materi yang terdapat dalam buku iqro’ 1 sampai dengan 6,
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Adapun data yang diperoleh dari hasil
materi pokok dalam metode klasikal sebagaimana terlampir pada lampiran adalah:
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH SISWA
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kategori baik
sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
|
2
3
3
3
4
|
JUMLAH
|
15
|
Dari tabel dan keterangan di atas, dapat
dijelaskan bahwa prestasi belajar 15 siswa pada mata pelajaran materi pokok
dalam metode klasikal adalah sebagai berikut:
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH
SISWA
|
JUMLAH
PERSEN
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Siswa yang
mendapat nilai >8
Siswa yang
mendapat nilai 7-8
Siswa yang
mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang
mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang
mendapat nilai <5
|
2
3
3
3
4
|
13,32%
19,98%
19,98%
19.98%
26,64%
|
JUMLAH
|
15
|
100%
|
Dari kelompok tersebut dapat diketahui,
bahwa siswa yang berhasil memperoleh nilai di atas 6 sebanyak 53,28%. Sedang
dibawah nilai 5,9 sebanyak 46,62%.
Faktor yang menyebabkan siswa lebih bisa
membaca Al-Qur’an dalam metode klasikal adalah membaca Al Qur’an bersama-sama
sehingga hampir semua siswa dapat membaca dengan baik dan lancar.
Sedang faktor yang menyebabkan siswa
tidak bisa membaca Al-Qur’an dalam metode klasikal adalah pendidik tidak dapat
berinteraksi secara langsung, sehingga perhatian pendidik terbagi kepada siswa
yang lain juga.
Tabel. 2
Kriteria
Penilaian Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Materi Pokok dalam Metode
Individual
NO
|
INDIKATOR
|
JUMLAH
SISWA
|
SKOR
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kriteria
Kelancaran
Dapat membaca
Al-Qur’an dengan cepat tanpa berhenti.
Dapat membaca
Al-Qur’an dengan cepat dan ada pengulangan.
Dapat membaca
Al-Qur’an dengan berhenti-henti atau gagap.
Tidak dapat
membaca kalimat.
Tidak dapat
membaca huruf sama sekali.
|
3
3
4
3
2
|
>8
7-8
6-6,9
5-5,9
<5
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kriteria
Penerapan Mahraj dan Tajwid
Dapat mengucapkan
huruf hijaiyah dengan jelas disertai tajwid yang tepat.
Dapat mengucapkan
huruf hijaiyah dengan tepat dan tajwidnya kurang tepat.
Mengucapkan huruf
kurang jelas atau tepat dan tajwidnya benar.
Dapat mengucapkan
huruf dengan tepat tapi tajwidnya tidak benar.
Tidak dapat
membaca huruf dan tajwid.
|
3
3
4
3
2
|
>8
7-8
6-6,9
5-5,9
<5
|
Kritera penilaian tersebut mudah
dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima
kategori, yaitu;
a. Nilai >8 termasuk kategori baik
sekali.
b. Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c. Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d. Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e. Nilai <5 termasuk kategori kurang.
Materi
Tes
Materi tes yang diberikkan kepada siswa
adalah ayat-ayat Al-Qur’an, bahan pelajaran dalam materi untuk TPA yaitu;
- Q.S At-Takatsur 1-8
- Q.S Al-Gasyiyah 1-26
- Q.S Al-Fajr 1-30
- Q.S Al-Ma’un 1-7
- Q.S Al-Qadr 1-5
Adapun data yang diperoleh dari hasil
materi pokok dalam metode individual sebagaimana terlampir pada lampiran adalah
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH SISWA
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kategori baik
sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
|
3
3
4
3
2
|
JUMLAH
|
15
|
Dari tabel dan keterangan di atas, dapat
dijelaskan bahwa prestasi belajar 15 siswa pada mata pelajaran materi pokok
dalam metode individual adalah sebagai berikut:
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH
SISWA
|
JUMLAH
PERSEN
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Siswa yang
mendapat nilai >8
Siswa yang
mendapat nilai 7-8
Siswa yang
mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang
mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang
mendapat nilai <5
|
3
3
4
3
2
|
19,98%
19,98%
26,64%
19,98%
13,32%
|
JUMLAH
|
15
|
100%
|
Dari kelompok tersebut dapat diketahui,
bahwa siswa yang berhasil memperoleh nilai di atas 6 sebanyak 66,6%. Sedang
dibawah nilai 5,9 sebanyak 33,3%.
Faktor yang menyebabkan siswa lebih bisa
membaca Al-Qur’an dalam metode individual adalah pendidik dapat berinteraksi
langsung dengan anak didik, sehingga bimbingan dan arahan mudah dilakukan serta
mudah mengetahui kemampuan anak secara jelas.
Sedangkan faktor yang menyebabkan siswa
tidak bisa membaca Al-Qur’an dalam metode individual adalah di perlukannya guru
yang banyak, karena setiap pendidik harus membimbing seorang anak didik, serta
kurangnya bimbingan membaca Al-Qur’an baik dari guru di sekolah maupun dari
luar sekolah (orang tua dan masyarakat), karena orang tua mereka ada yang tidak
bisa membaca Al-Qur’an dan ada yang terlalu sibuk mencari nafkah sehingga
kurang perhatian kepada anaknya dan ada pula yang karena alasan terbentur
dengan waktu sekolah.
Tabel. 3
Kriteria
Penilaian Kemampuan Materi Penunjang dalam Metode Klasikal.
NO
|
INDIKATOR
|
JUMLAH SISWA
|
SKOR
|
1.
|
Pelajaran Ilmu
Tajwid
|
2
5
4
4
|
>8
7-8
6-6,9
5-5,9
|
2.
|
Khutbah atau
Ceramah
|
6
4
5
|
7-8
6-6,9
5-5,9
|
3.
|
Pemberian Tugas
|
10
5
|
7-8
6-6,9
|
4.
|
Evaluasi
|
5
5
5
|
>8
7-8
6-6,9
|
Kritera penilaian tersebut mudah
dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima
kategori, yaitu;
a. Nilai >8 termasuk kategori baik
sekali.
b. Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c. Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d. Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e. Nilai <5 termasuk kategori kurang.
Adapun data yang diperoleh dari hasil
materi penunjang dalam metode klasikal sebagaimana terlampir pada lampiran
adalah:
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH
DARI
15 SISWA
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kategori baik
sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
|
7
26
18
9
-
|
JUMLAH
|
60
|
Dari tabel dan keterangan di atas, dapat
dijelaskan bahwa prestasi belajar dari 15 siswa pada mata pelajaran materi
penunjang dalam metode klasikal adalah sebagai berikut:
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH DARI
15 SISWA
|
JUMLAH
PERSEN
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Siswa yang mendapat
nilai >8
Siswa yang
mendapat nilai 7-8
Siswa yang
mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang
mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang
mendapat nilai <5
|
7
26
18
9
-
|
12%
43%
30%
15%
-
|
JUMLAH
|
60
|
100%
|
Dari kelompok tersebut dapat diketahui,
bahwa siswa yang berhasil memperoleh nilai di atas 6 sebanyak 85%. Sedang
dibawah nilai 5,9 sebanyak 15%.
Faktor yang menyebabkan siswa bisa pada
mata pelajaran materi penunjang dalam metode klasikal adalah:
a) Metode Tanya Jawab, yaitu
a. Memberi kesempatan kepada murid untuk
dapat menerima penjelasan lebih lanjut.
b. Guru dapat dengan mudah segera
mengetahui kemajuan muridnya dari bahan yang telah diberikan.
c. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan
baik dari murid dapat mendorong guru untuk dapat memahami lebih mendalam dan
mencari lebih lanjut.
b) Metode Pemberian Tugas, yaitu
a. Sangat efektif untuk mengisi waktu luang
dengan kegiatan konstruktif.
b. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala
bentuk tugas belajar.
c. Memberi dan menanamkan kebiasaan pada
murid untuk giat belajar.
d. Memberi tugas yang bersifat praktis pada
murid. (Zuhairini dkk, 1993: 84)
c) Metode Ceramah, yaitu
a. Dalam waktu yang relatif singkat dapat
di sampaikan bahan yang banyak.
b. Organisasi kelas lebih sederhana tidak
perlu mengadakan pengelompokan murid seperti pada metode sebelumnya.
c. Guru dapat menguasai seluruh kelas
dengan mudah, walaupun jumlah murid lebih banyak. (Zuhairini dkk, 1993:74)
d) Evaluasi
Yaitu penilaian yang dilakukan dalam
proses belajar membaca al-quran bagi anak yaitu dengan melihat kemampuan
bacaannya, jika membacanya belum lancer dan masih banyak kesalahan maka tidak
akan dinaikkan lebih lanjut akan tetapi harus mengulangi.
e) Suasana yang menyenangkan
Yaitu diciptakan guru dengan jalan
menjadikan kelas itu hidup, terjalin hubungan yang baik antar sesama anak, juga
antar anak dengan guru.
Sedang faktor yang menyebabkan siswa
tidak bisa pada mata pelajaran materi penunjang dalam metode klasikal adalah:
a) Metode Tanya Jawab, yaitu
a. Terdapat perbedaan pendapat, akan
membutuhkan waktu banyak untuk menyelesaikan.
b. Kemungkinan terjadi penyimpangan
perhatian murid, apabila terdapat jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya,
padahal bukan sasaran.
c. Relatif
memerlukan waktu lebih banyak, karena kurang dapat secara cepat
merangkum bahan-bahan pelajaran. (Zuhairini dkk, 1993: 77)
b) Metode Pemberian Tugas, yaittu
a. Anak-anak yang terlalu bodoh sukar
sekali belajar.
b. Kemungkinan tugas yang di berikan di
kerjakan oleh orang lain.
c. Terkadang murid menyalin atau meniru
tugas temannya sehingga pengalamannya sendiri tidak ada. (Ramayulis, 1994: 161)
c) Metode Ceramah, yaitu
a. Interaksi cenderung bersifat teacher
centered (berpusat pada guru).
b. Guru kurang mengetahui dengan pasti
sejauh man siswa dapat menguasai bahan ceramah.
c. Siswa dapat membentuk konsep lain dari
apa yang dimaksudkan guru.
d. Kurang memberi kesempatan pada siswa
untuk mengembangkan kecakapan dalam mengeluarkan pendapat. (Ramayulis, 1994:
132)
Tabel.
4
Kriteria
Penilaian Kemampuan Materi Penunjang dalam Metode Individual
NO
|
INDIKATOR
|
JUMLAH SISWA
|
SKOR
|
1.
|
Pelajaran Ilmu
Tajwid
|
5
6
4
|
7-8
6-6,9
5-5,9
|
2.
|
Khutbah atau
Ceramah
|
5
10
|
7-8
6-6,9
|
3.
|
Pemberian Tugas
|
10
5
|
7-8
6-6,9
|
4.
|
Evaluasi
|
5
5
5
|
>8
7-8
6-6,9
|
Kritera
penilaian tersebut mudah dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa
dibagi dalam lima kategori, yaitu;
1. Nilai >8 termasuk kategori baik
sekali.
2. Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
3. Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
4. Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
5. Nilai <5 termasuk kategori kurang.
Adapun data yang diperoleh dari hasil
materi penunjang dalam metode individual sebagaimana terlampir pada lampiran
adalah
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH
DARI
15 SISWA
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kategori baik
sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
|
5
25
26
4
-
|
JUMLAH
|
60
|
Dari tabel dan keterangan di atas, dapat
dijelaskan bahwa prestasi belajar dari 15 siswa pada mata pelajaran materi
penunjang dalam metode individual adalah sebagai berikut:
NO
|
KETERANGAN
|
JUMLAH DARI
15 SISWA
|
JUMLAH
PERSEN
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Siswa yang mendapat
nilai >8
Siswa yang
mendapat nilai 7-8
Siswa yang
mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang
mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang
mendapat nilai <5
|
5
25
26
4
-
|
8%
42%
43%
7%
-
|
JUMLAH
|
60
|
100%
|
Dari kelompok tersebut dapat diketahui,
bahwa siswa yang berhasil memperoleh nilai di atas 6 sebanyak 93%. Sedang
dibawah nilai 5,9 sebanyak 7%.
Faktor yang menyebabkan siswa bisa pada
mata pelajaran materi penunjang dalam metode individual adalah
a) Metode Tanya Jawab, yaitu
a. Memberi kesempatan kepada murid untuk
dapat menerima penjelasan lebih lanjut.
b. Guru dapat dengan mudah segera
mengetahui kemajuan muridnya dari bahan yang telah diberikan.
c. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan
baik dari murid dapat mendorong guru untuk dapat memahami lebih mendalam dan
mencari lebih lanjut.
b) Metode Pemberian Tugas, yaitu
a. Sangat efektif untuk mengisi waktu luang
dengan kegiatan konstruktif.
b. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala
bentuk tugas belajar.
c. Memberi dan menanamkan kebiasaan pada
murid untuk giat belajar.
d. Memberi tugas yang bersifat praktis pada
murid. (Zuhairini dkk, 1993: 84)
c) Metode Ceramah, yaitu
a. Dalam waktu yang relatif singkat dapat
di sampaikan bahan yang banyak.
b. Organisasi kelas lebih sederhana tidak
perlu mengadakan pengelompokan murid seperti pada metode sebelumnya.
c. Guru dapat menguasai seluruh kelas
dengan mudah, walaupun jumlah murid lebih banyak. (Zuhairini dkk, 1993:74)
d) Evaluasi, yaitu penilaian yang dilakukan
dalam proses belajar membaca al-quran bagi anak yaitu dengan melihat kemampuan
bacaannya, jika membacanya belum lancer dan masih banyak kesalahan maka tidak
akan dinaikkan lebih lanjut akan tetapi harus mengulangi.
e) Suasana yang menyenangkan, yaitu
diciptakan guru dengan jalan menjadikan kelas itu hidup, terjalin hubungan yang
baik antar sesama anak, juga antar anak dengan guru.
Sedang faktor yang menyebabkan siswa
tidak bisa pada mata pelajaran materi penunjang dalam metode individual adalah
a) Metode Tanya Jawab, yaitu
a. Terdapat perbedaan pendapat, akan
membutuhkan waktu banyak untuk menyelesaikan.
b. Kemungkinan terjadi penyimpangan
perhatian murid, apabila terdapat jawaban yang
c. kebetulan menarik perhatiannya, padahal
bukan sasaran
d. Relatif
memerlukan waktu lebih banyak, karena kurang dapat secara cepat
merangkum bahan-bahan pelajaran. (Zuhairini dkk, 1993: 77)
b) Metode Pemberian Tugas, yaittu
a. Anak-anak yang terlalu bodoh sukar
sekali belajar.
b. Kemungkinan tugas yang di berikan di
kerjakan oleh orang lain.
c. Terkadang murid menyalin atau meniru
tugas temannya sehingga pengalamannya sendiri tidak ada. (Ramayulis, 1994: 161)
c) Metode Ceramah, yaitu
a. Interaksi cenderung bersifat teacher
centered (berpusat pada guru).
b. Guru kurang mengetahui dengan pasti
sejauh man siswa dapat menguasai bahan ceramah.
c. Siswa dapat membentuk konsep lain dari
apa yang dimaksudkan guru.
d. Kurang memberi kesempatan pada siswa
untuk mengembangkan kecakapan dalam mengeluarkan pendapat (Ramayulis, 1994:
132).
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
analisis data dan hasil penelitian dengan judul “ Studi Komparatif Terhadap Metode Pemblajaran
Klasikal Dengan Individual”, dapat disimpulakan hal-hal sebagi berikut:
1. Seluruh kegiatan penelitian dapat
dilakukan menurut prosedur yang telah ditetapkan, dan telah membuahkan hasil
yang telah ditetapkan.
2. Berdasarkan penelitian yang telah
dirancang, penelitian ini menghasilkan diskripsi “ Kemampuan membaca Al-Qur’an
secara Klasikal dan Individual di TPA Durun Nafis”, sebagai berikut:
§ Kemampuan membaca Al-qur’an yang
merupakan hasil murni pembelajaran di TPA, yakni dari 15 sampel yang diuji,
ternyata 8 siswa memperoleh nilai diatas 6. Sedangkan 7 siswa memperoleh nilai
dibawah 6. Dengan demikian dapat dinyatakan mampu membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid yang
benar.
§ Kemampuan membaca Al-qur’an dengan
metode Individual lebih efektif dari pada
metode Klasikal. Hal ini disebabkan
B. Saran
1. Para Guru dan Orang tua hendaknya ada
kerja sama yang baik dan berkelanjutan dan kerjasma yang baik itu harus
dipertahankan bila perlu ditingkatkan demi tercapainya prestasi belajar siswa.
2. Bagi orang tua, perhatian, dukungan dan
bimbingan kepada anak dalam pembelajaran membaca Al-qur’an sangat diperlukan
sejak anak masih kecil
3. Kepada peneliti tingkat lanjut hasil
penelitian ini belum final karena masih banyak hal yang belum tersentuh
sehingga belum tuntas pokok permasalahan yang ada. Namun hasil yang kecil ini
diharapkan dapat dijadikan pijakan dalam penelitian lanjutan khususnya mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan pembelajaran Al-qur’an.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramayulis, 1994, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
Kalam Mulia, Cet. II.
Zuhairini, dkk, 1993,
Metodologi Pendidikan Agama Islam, Solo: Ramadani, Cet. II.
Syukir, Asmuni, 1983,
dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas.
Sardiman, 1994,
Interaksi dan Motiasi Belajar, Jakarta: Rajawali Pres, Cet.V.
Furhan, Arief. 1982,
Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional.
Thantowi, Ahmad, 1991,
Psikologi Pendidikan, Bandung: Angkasa.
Kartono, Kartini, 1990,
Psikologi Umum Cet. II, Bandung:Mandar Maju.
0 komentar:
Posting Komentar