26.4.12

Model Pembelajaran Individual Vs Klasikal

Penelitian Model Pembelajaran Baca Tulis Qur'an baik secara Klasikal Maupun Individual
Oleh : Mardiana (09110037) Jurusan Tarbiyah FAI UMM

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Umat muslim tidak dapat terlepas dari Al-qur’an yang sangat lengkap yang sempurna isinya. Hal tersebut diyakini sebagai petunjuk sekaligus menjadi pedoman hidup dalam urusan duniawi dan ukrowi sehingga tidak mengherankan jika kaum muslimin selalu kembali kepada Al-qur’an dalam setiap menghadapi permasalahan dalam kehidupannya.

Manusia yang beriman harus memahami fungsi Al-qur’an dan membaca Al-qur’an dengan fasih ataupun secara tartil sesuai dengan ilmu tajwid yang benar. Mempelajari Al-qur’anpun harus sungguh-sungguh, baik mempelajari yang tersurat maupun makna yang tersirat, menghayati serta mengamalkan isi kandungan Al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Mengajarkan cara membaca Al-qur’an merupakan hal yang sangat penting karena Al-quran merupakan kalam Ilahi yang harus diaplikasikan dengan penguasaan cara membaca Al-qur’an dengan baik berdasarkan ilmu tajwid. Selain itu dapat dijadikan landasan bagi anak-anak untuk memahami dan mendalami ajaran Islam.
Namun demikian, dewasa ini banyak sekali di tengah-tengah masyarakat  generasi Islam yang belum mampu membaca Al-qur’an dengan baik. Pembelajaran baca Al-qur’an seharusnya di berikan kepada seseorang sebelum Ia memasuki usia dewasa. Hal ini disebabkan karena pada usia dewasa kapasitas penerimaan ilmu mulai berkurang di bandingkan pada usia anak-anak.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dilakukan penelitian yang menggunakan metode pembelajaran klasikal dan individual baca tulis Al-qur’an di TPA DURUN NAFIZ guna memperoleh hasil mengenai metode apa yang sesuai dalam proses belajar baca Qur’an.
Metode individual tersebut merupakan metode yang diterapkan secara individual yang mana pendidik berhadapan langsung dengan anak didik dengan cara bergantian satu persatu, begitupun dengan metode klasikal merupakan metode pengajaran yang di sampaikan bersama antara pendidik dan anak didik, dimana pendidik menerangkan sementara anak didik secara keseluruhan memperhatikan dan mencatat apa yang di terangkan guru.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut:
1.   Bagaimana efektivitas model pembelajaran individual dan klasikal dalam pembelajaran baca Qur’an?
2.   Faktor apa saja kah yang dapat menghambat dan mendukung pelaksanaan pengajaran baca Qur’an?

C.  Tujuan penelitian
1.   Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat menghambat atau mendukung pelaksanaan pengajaran baca Qur’an;
2.   Untuk dapat mengevaluasi hasil pembelajaran santri mengenai metode apa yang sesuai dalam proses pembelajaran baca Qur’an.

D.  Metodologi  Penelitian
1.    Populasi dan Responden
 Penetapan dan pengambilan populasi pada penelitian ilmiah mutlak diperlukan. Penetapan populasi yang tepat artinya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan akan sangat menetukan pula keberhasilan dari penelitian itu sendiri. Penetapan populasi maupun sampel yang salah akan mempersulit cara kerja peneliti, dan bahkan sangat mungkin akan memngancam kegagalaan dari penelitian itu sendiri.
Maka pengambilan populasi hendaknya dilakukan secara tepat, jelas dan lengkap, sehingga data yang di ambil dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya dan kebenarannya. Dilain pihak hasil penelitian tersebut nantinya benar-benar mendekati valid atau kebenaran sehingga hasil penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan dapat diuji lagi oleh peneliti yang lain akan kebenarannya.
2.    Responden Studi Populasi
Berpijak dari pengertian populasi diatas, maka pada penelitian ini seluruh siswa TPA Durun Nafiz tahun ajaran 2009-2010 adalah populasi yang akan di jadikan objek penelitian ini. Adapun jumlah mereka ada 15 santri.
Berdasarkan metode pengajaran yang ingin diuji maka metode pembelajaran tahap pertama dilakukan secara klasikal baik dengan pemberian materi pokok maupun materi penunjang dan berikutnya secara individual juga demikian. Berdasarkan metode pembelajaran inilah dapat diketahui berapa sampel santri yang dapat membaca Al-qur’an dengan kaidah tajwid yang benar dan berapa sample santri yang mampu menjawab materi penunjang pada saat evaluasi.
3.     Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang dipilih oleh peneliti untuk menentukan fokus dan konsentrasi guna melacak, mengamati, mempelajari, gejala-gejala dan fenomena secara cermat sehingga relevan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di TPA Durun Nafis Jetis. Yang bertempat dijalan Margo Utomo Dalam No. 56 Dau Malang.
4.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu:
a)    Observasi
Observasi ialah “ Kegiatan keseharian manusia dengan menggunkana panca indera mata sebagi alat bantu untamanya selain panca indera lainnya seperti, telinga, penciuman, mulut, dan kulit” (Burhan bungin, 2001:142).  Dapat disimpulkan bahwa observasi ialah kemampuan seseorang untuk melakukan pengamatan melalui hasil kerja panca indera.
Pengamtan prose belajar mengajar, kegiatan santri sehari-hari serta lingkungan TPA tersebut sebagai setting penelitian ini, hal ini digunakan untuk memperoleh data awal penelitian dan mengetahui kondisi umum model pengelolaan TPA. Melalui obsevasi ini peneliti dapat secara pribadi mengembangkan daya dalam mengamati suatu objek. Melaui observasi ini yang terpenting dibutuhkan oleh pengamat ialah harus menguasai objek secara umum dari yang hendak diamati.
b)   Interview
Teknik wawancara ialah “ Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden” (Burhan bungin, 2001:134). Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai orang tua selaku pembimbing utama anak pada saat berada dirumah mengenai sejauh mana peran orang tua bagi anak terhadap proses belajar anak.
5.    Teknik Analisis Data
Berikut ini merupakan data table yang nantinya akan di analisa hasinya  baik melalui metode klasikal maupun melaui metode individual.
1.    Perolehan nilai baca Al-Qur’an, pada koresponden di bawah ini yakni kemampuan membaca Al-Qur’an hasil pembelajaran membaca Al-Qur’an di TPA Durun Nafis-Jetis.
Tabel. 1
Kriteria Penilaian Kemampuan Membaca Al-Qur’an pada Materi Pokok dalam Metode Klasikal.
No
INDIKTOR
JUMLAH SISWA
SKOR

1.

2.
.
3.

4.
5.
Kriteria Kelancaran
Dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat tanpa berhenti.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat dan ada pengulangan.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan berhenti-henti atau gagap.
Tidak dapat membaca kalimat.
Tidak dapat membaca huruf sama sekali.



1.

2.

3.

4.

5..
Kriteria Penerapan Mahraj dan Tajwid
Dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan jelas disertai tajwid yang tepat.
Dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan tepat dan tajwidnya kurang tepat.
Mengucapkan huruf kurang jelas atau tepat dan tajwidnya benar.
Dapat mengucapkan huruf dengan tepat tapi tajwidnya tidak benar.
Tidak dapat membaca huruf dan tajwidnya.



Berdasarkan data diatas makan kritera penilaian tersebut mudah dipahami dan dianalisa melalui skor yang diperoleh siswa, yang nantinya kriterian tersebut akan dibagi dalam lima kategori, yaitu;
a.    Nilai >8 termasuk kategori baik sekali.
b.    Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c.    Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d.   Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e.    Nilai <5 termasuk kategori kurang.


2.    Materi Tes
Materi tes yang diberikkan kepada siswa adalah ayat-ayat Al-qur’an, bahan pelajaran dalam materi tes untuk TPA yaitu;
-       Q.S Al-Lail 1-21
-       Q.S Al-Bayyinah 1-8
-       Q.S As-Syams 1-15
-       Q.S Al-Alaq 1-19
-       Q.S At-Thoriq 1-17
Bagi siswa yang tidak bisa membaca Al-Qur’an, diberikan materi yang terdapat dalam buku iqro’ 1 sampai dengan 6, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Adapun data yang nantinya akan diperoleh dari hasil materi pokok dalam metode klasikal akan diuraikan kedalam table dibawah ini:
No.
KETERANGAN
JUMLAH SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
Kategori baik sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang


JUMLAH


Dari tabel dan keterangan di atas, maka nanti dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar 15 siswa pada mata pelajaran materi pokok dalam metode klasikal adalah sebagai berikut:
No.
KETERANGAN
JUMLAH
SISWA
JUMLAH
 PERSEN
1.
2.
3.
4.
5.
Siswa yang mendapat nilai >8
Siswa yang mendapat nilai 7-8
Siswa yang mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang mendapat nilai <5



JUMLAH



Dari kelompok tersebut dapat diketahui, bahwa santri yang berhasil memperoleh nilai di atas akan diketahui pada pembahasan hasil penelitian.
Tabel. 2
Kriteria Penilaian Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Materi Pokok dalam Metode Individual.
No.
INDIKATOR
JUMLAH
 SISWA
SKOR

1.
2.

3.

4.
5.
Kriteria Kelancaran
Dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat tanpa berhenti.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat dan ada pengulangan.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan berhenti-henti atau gagap.
Tidak dapat membaca kalimat.
Tidak dapat membaca huruf sama sekali.



1.

2.

3.

4.

5.
Kriteria Penerapan Mahraj dan Tajwid
Dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan jelas disertai tajwid yang tepat.
Dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan tepat dan tajwidnya kurang tepat.
Mengucapkan huruf kurang jelas atau tepat dan tajwidnya benar.
Dapat mengucapkan huruf dengan tepat tapi tajwidnya tidak benar.  
Tidak dapat membaca huruf dan tajwid.



Kritera penilaian tersebut mudah dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima kategori, yaitu;
a.         Nilai >8 termasuk kategori baik sekali.
b.        Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c.         Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d.        Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e.         Nilai <5 termasuk kategori kurang.
Materi Tes
Materi tes yang diberikkan kepada siswa adalah ayat-ayat Al-qur’an, bahan pelajaran dalam materi untuk TPA yaitu;
-       Q.S At-Takatsur 1-8
-       Q.S Al-Gasyiyah 1-26
-       Q.S Al-Fajr 1-30
-       Q.S Al-Ma’un 1-7
-       Q.S Al-Qadr 1-5
Bagi siswa yang tidak bisa membaca Al-Qur’an, diberikan materi yang terdapat dalam buku iqro’ 1 sampai dengan 6, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Adapun data yang nantinya akan diperoleh dari hasil materi pokok dalam metode individual akan diuraikan kedalam table dibawah ini :

NO
KETERANGAN
JUMLAH SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
Kategori baik sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang


JUMLAH


Dari tabel dan keterangan di atas, maka nanti dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar 15 siswa pada mata pelajaran materi pokok dalam metode individual adalah sebagai berikut:

NO
KETERANGAN
JUMLAH
SISWA
JUMLAH
 PERSEN
1.
2.
3.
4.
5.
Siswa yang mendapat nilai >8
Siswa yang mendapat nilai 7-8
Siswa yang mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang mendapat nilai <5



JUMLAH



Tabel. 3
Kriteria Penilaian Kemampuan Materi Penunjang dalam Metode Klasikal.

NO
INDIKATOR
JUMLAH SISWA
SKOR
1.
Pelajaran Ilmu Tajwid


2.
Khutbah atau Ceramah


3.
Pemberian Tugas


4.
Evaluasi




Kritera penilaian tersebut mudah dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima kategori, yaitu;
a.    Nilai >8 termasuk kategori baik sekali.
b.    Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c.    Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d.   Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e.    Nilai <5 termasuk kategori kurang.
Adapun data yang nantinya akan diperoleh dari hasil materi penunjang dalam metode klasikal sebagaimana terlampir pada lampiran adalah:

NO
KETERANGAN
JUMLAH DARI 15 SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
Kategori baik sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang


JUMLAH


Dari tabel dan keterangan di atas, maka nantinya dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar dari 15 siswa pada mata pelajaran materi penunjang dalam metode klasikal dapat dilihat dalam table dibawah ini:

NO
KETERANGAN
JUMLAH DARI
15 SISWA
JUMLAH
 PERSEN
1.
2.
3.
4.
5.
Siswa yang mendapat nilai >8
Siswa yang mendapat nilai 7-8
Siswa yang mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang mendapat nilai <5



JUMLAH



Tabel. 4
Kriteria Penilaian Kemampuan Materi Penunjang dalam Metode Individual

NO
INDIKATOR
JUMLAH SISWA
SKOR
1.
Pelajaran Ilmu Tajwid


2.
Khutbah atau Ceramah


3.
Pemberian Tugas


4.
Evaluasi



Kritera penilaian tersebut mudah dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima kategori, yaitu;
a.    Nilai >8 termasuk kategori baik sekali.
b.    Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c.    Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d.   Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e.    Nilai <5 termasuk kategori kurang.

Adapun data yang nantinya akan diperoleh dari hasil materi penunjang dalam metode individual sebagaimana terlampir pada lampiran adalah

NO
KETERANGAN
JUMLAH DARI 15 SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
Kategori baik sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang


JUMLAH


Dari tabel dan keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar dari 15 siswa pada mata pelajaran materi penunjang dalam metode individual adalah sebagai berikut:

NO
KETERANGAN
JUMLAH DARI
15 SISWA
JUMLAH
 PERSEN
1.
2.
3.
4.
5.
Siswa yang mendapat nilai >8
Siswa yang mendapat nilai 7-8
Siswa yang mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang mendapat nilai <5



JUMLAH






BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Macam-macam Metode Pengajaran Al-qur’an
Metode adalah alat pendidikan yang terpenting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan, akan tetapi dari banyaknya metode tidak ada metode yang sempurna dalam penggunaannya, semua metode memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing tergantung dari tujuan dan siapa yang menggunakannya.
Secara umum metode pengajaran dibagi menjadi dua, yaitu:
1.    Metode Pengajaran Individual
Metode individual adalah metode yang diterapkan secara individual yang mana pendidik berhadapan langsung dengan anak didik dengan cara bergantian satu persatu.
Metode ini juga mempunyai kekurangan seperti di perlukannya guru yang banyak, karena setiap pendidik harus membimbing seorang anak didik. Dibalik kekurangannya, metode ini juga memiliki kelebihan seperti pendidik dapat berinteraksi langsung dengan anak didik, sehingga bimbingan dan arahan mudah dilakukan serta mudah mengetahui kemampuan anak secara jelas.
2.    Metode Pengajaran Klasikal
Metode klasikal adalah pengajaran yang di sampaikan bersama antara pendidik dan anak didik, dimana pendidik menerangkan sementara anak didik secara keseluruhan memperhatikan dan mencatat apa yang di terangkan guru.
Metode klasikal ini terdiri dari berbagai macam yang mana dari setiap metode tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Macam-macam metode tersebut adalah sebagai berikut:
a)    Metode Tanya Jawab
Yang dimaksud dengan metode Tanya jawab adalah:
“Suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang telah di ajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara murid-murid”. (Ramayulis, 1994: 135)
Metode Tanya jawab mengandung beberapa kelemahan dan kelebihan, adapun kelebihannya menurut Ramayulis adalah:
1)   Memberi kesempatan kepada murid untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut.
2)   Guru dapat dengan mudah segera mengetahui kemajuan muridnya dari bahan yang telah diberikan.
3)   Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan baik dari murid dapat mendorong guru untuk dapat memahami lebih mendalam dan mencari lebih lanjut.
Kelemahan dari metode ini yaitu:
1)   Terdapat perbedaan pendapat, akan membutuhkan waktu banyak untuk menyelesaikan.
2)   Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian murid, apabila terdapat jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran.
3)   Relatif  memerlukan waktu lebih banyak, karena kurang dapat secara cepat merangkum bahan-bahan pelajaran. (Zuhairini dkk, 1993: 77)
Metode Tanya jawab ini digunakan pendidik untuk memberikan pertanyaan kepada anak didik diwaktu pelajaran sedang berlangsung, dengan adanya metode Tanya jawab ini mereka akan lebih mempersiapkan materi sebelumnya dengan cara belajar.
b)   Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah:
Cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid mempertanggungjawabkan. (Ramayulis, 1994: 159)
Adapu kelebihan dari metode ini yaitu:
1)   Sangat efektif untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan konstruktif.
2)   Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala bentuk tugas belajar.
3)   Member dan menanamkan kebiasaan pada murid untuk giat belajar.
4)   Member tugas yang bersifat praktis pada murid. (Zuhairini dkk, 1993: 84)
Adapun kekurangan dari metode pemberian tugas ini, antara lain:
1)   Anak-anak yang terlalu bodoh sukar sekali belajar.
2)   Kemungkinan tugas yang di berikan di kerjakan oleh orang lain.
3)   Terkadang murid menyalin atau meniru tugas temannya sehingga pengalamannya sendiri tidak ada. (Ramayulis, 1994: 161)
Penerapan metode penugasan ini digunakan pendidik untuk memberikan tugas kepada anak didik baik materi pokok maupun materi penunjang yang nantinya akan dipertanggung jawabkan di hadapan pendidik.
c)    Metode Ceramah
Metode ceramah adalah bentuk interaktif edukatif melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau pendidik terhadap anak didik. (Zuhairini dkk, 1993: 74)
Metode ini mempunyai kelebihan dibanding dengan metode yang lain, adapun kelebihan tersebut adalah:
1)   Dalam waktu yang relatif singkat dapat di sampaikan bahan yang banyak.
2)   Organisasi kelas lebih sederhana tidak perlu mengadakan pengelompokan murid seperti pada metode sebelumnya.
3)   Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid lebih banyak. (Zuhairini dkk, 1993:74)
Sementara kelebihan dari metode ini, yaitu:
1)   Interaksi cenderung bersifat teacher centered (berpusat pada guru)
2)   Guru kurang mengetahui dengan pasti sejauh man siswa dapat menguasai bahan ceramah.
3)   Siswa dapat membentuk konsep lain dari apa yang dimaksudkan guru.
4)   Kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kecakapan dalam mengeluarkan pendapat. (Ramayulis, 1994: 132)
Metode ini digunakan pendidik untuk menyampaikan meteri pada anak didik yang belajar membaca al-quran sebagai bahan selingan setelah memberi materi pokok yaitu membaca al-quran telah selesai dan di harapkan dengan metode tersebut anak didik termotivasi dalam belajarnya.
d)   Evaluasi
Setiap tindakan dalam pendidikan selalu menghendaki hasil, hasil tersebut diharapkan memuaskan dari sebelumnya. Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan karena penilaian akan menentukan apakah tujuan pendidikan bisa dicapai atau tidak.
Evaluasi atau penilaian yang dilakukan dalam proses belajar membaca al-quran bagi anak yaitu dengan melihat kemampuan bacaannya, jika membacanya belum lancer dan masih banyak kesalahan maka tidak akan dinaikkan lebih lanjut akan tetapi harus mengulangi.
e)    Suasana yang menyenangkan
Suasana yang menyenangkan adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru agar anak betah berada dikelas ketika pelajaran berlangsung.
Hal ini diciptakan guru dengan jalan menjadikan kelas itu hidup, terjalin hubungan yang baik antar sesama anak, juga antar anak dengan guru.

B.  Materi
Demi mencapai sebuah tujuan, maka materi pelajaran dibedakan menjadi dua yaitu materi pokok dan materi penunjang.
1.    Materi Pokok
Materi pokok merupakan belajar membaca Al-Quran secara benar dan tepat sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Metode Iqro’ yang terdiri dari jilid1-6 yang digunakan anak-anak dalam belajar
2.    Materi Penunjang
Materi penunjang tersebut adalah sebagai berikut:

1)   Ilmu Tajwid
Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardu kifayah dan menerapkan ilmu tajwid dalam membaca Al-Quran adalah fardu ‘ain. Ilmu tajwid ini dalam sangat diperlukan dalam belajar membaca Al-Quran.
2)   Tanya Jawab
Sebagai langkah untuk membantu permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak baik hubungan dengan kesulitan belajar membaca Al-Qur’an atau masalah keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, maka perlu adanya materi untuk Tanya jawab dengan harapan apa yang dihadapi dapat diselesaikan atau setidaknya dapat membantu masalah yang dihadapi.
Hal tersebut sesuai dengan tugas guru sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan pada santrinya dalam melakukan kegiatan belajar, atau tidak berlebihan jika guru sebagai tempat bertanya manakala santri tidak dapat mengatasi permasalahannya.

C. Faktor-faktor penunjang dan penghambat belajar membaca al-qur’an
1.    Faktor Penunjang
Adapaun faktor penunjang itu, antara lain:
a)    Faktor anak didik
Faktor anak didik adalah faktor yang di pengaruhi oleh orang lain atau yang di usahakan orang untuk dibina, dan diarahkan agar anak mempunyai minat belajar baca yang tinggi. Sebab anak didik sebagai sarana yang penting yang harus di bimbing agar mempunyai minat belajar yang tinggi.
b)   Faktor pendidik
Pendidik sebagai pelaksana dalam upaya menumbuhkan motivasi belajar baca al-qur’an pada anak, maka anak yang suka pada gurunya akan membantu lancarnya proses belajar. Sebaliknya guru yang kurang memperhatikan muridnya akan memperlambat proses belajar. Dengan demikian bagi guru yang bijaksana selalu berusaha untuk dicontoh dan simpati terhadapnya,dengan harapan dapat membantu proses belajar murid itu sendiri.
c)    Faktor tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan belajar al-qur’an pada anak adalah agar anak mempunyai kemampuan membaca yang benar dan fasih dan membimbing anak dapat mengamalkan ilmunya.
d)   Faktor alat pendidikan dan pengembangan metode
Dalam proses belajar dapat mencapai suatu keberhasilan dengan adanya alat-alat penunjang seperti poster huruf hijaiyah, papan tulis, gambar makhorijul huruf. Maka banyak metode pengembangan cara belajar baca al-qur’an, seperti halnya pengembangan metode iqro’, sehingga dengan adanya metode tersebut proses belajar mengajar baca al-qur’an dapat mencapai keberhasilan.
e)    Faktor lingkungan
Faktor lingkungan itu diantaranya faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan masyarakat, ketiga lingkungan itu saling berkaitan dan tidak lepas dari kehidupan manusia, kerena ketiga faktor lingkungan tersebut yang mempengaruhinya.
2.    Faktor penghambat
Adapun yang menjadi faktor penghambat tersebut diantaranya:
a)    Adanya guru yang kurang menguasai materi serta kurang tepat dalam menggunakan metode, sehingga kurang harmonis dalam proses belajar mengajar sehingga timbul rasa kejenuhan anak dalam belajar.
b)   Adanya anak didik yang kurang menyadari akan pentingnya belajar, sehingga anak bersikap acuh tak acuh terhadap pelajaran baca Al-qur’an.
c)    Adanya lingkungan pendidikan yang kurang menunjang, maksudnya lingkungan yang tidak sehat dan kurang sesuai dengan apa yang di harapkan.
d)   Kurang adanya pengawasan orangtua terhadap anak sehingga anak kurang perhatian terhadap pentingnya belajar.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A.  Hasil Kualitatif
Yang dimaksud dengan hasil kualitatif dalam penelitian ini adalah dinyatakan dalam bentuk tabel. Hasil kualitatif dari penelitian berikut ini akan divisuaalisasikan dalam bentuk tabel, sehingga akan mempermudah pembaca dalam mengetahuinya.
1.    Perolehan nilai baca Al-Qur’an, pada koresponden di bawah ini yakni kemampuan membaca Al-Qur’an hasil pembelajaran membaca Al-Qur’an di TPA Durun Nafis-Jetis.
Tabel. 1
Kriteria Penilaian Kemampuan Membaca Al-Qur’an pada Materi Pokok dalam Metode Klasikal
NO
INDIKTOR
JUMLAH
SISWA
SKOR

1.
2.
3.
4.
5.
Kriteria Kelancaran
Dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat tanpa berhenti.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat dan ada pengulangan.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan berhenti-henti atau gagap.
Tidak dapat membaca kalimat.
Tidak dapat membaca huruf sama sekali.

2
3
3
3
4

>8
7-8
6-6,9
5-5,9
<5

1.

2.

3.
4.

5.
Kriteria Penerapan Mahraj dan Tajwid
Dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan jelas disertai tajwid yang tepat.
Dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan tepat dan tajwidnya kurang tepat.
Mengucapkan huruf kurang jelas atau tepat dan tajwidnya benar.
Dapat mengucapkan huruf dengan tepat tapi tajwidnya tidak benar.
Tidak dapat membaca huruf dan tajwidnya.

2

3

3
3
4

>8

7-8

6-6,9
5-5,9
<5

Kritera penilaian tersebut mudah dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima kategori, yaitu;
a.    Nilai >8 termasuk kategori baik sekali.
b.    Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c.    Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d.   Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e.    Nilai <5 termasuk kategori kurang.

2.    Materi Tes
Materi tes yang diberikkan kepada siswa adalah ayat-ayat Al-Qur’an, bahan pelajaran dalam materi untuk TPA yaitu:
Ø Q.S Al-Lail 1-21
Ø Q.S Al-Bayyinah 1-8
Ø Q.S As-Syams 1-15
Ø Q.S Al-Alaq 1-19
Ø Q.S At-Thoriq 1-17
Bagi siswa yang tidak bisa membaca Al-Qur’an, diberikan materi yang terdapat dalam buku iqro’ 1 sampai dengan 6, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Adapun data yang diperoleh dari hasil materi pokok dalam metode klasikal sebagaimana terlampir pada lampiran adalah:



NO
KETERANGAN
JUMLAH SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
Kategori baik sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
2
3
3
3
4

JUMLAH
15

Dari tabel dan keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar 15 siswa pada mata pelajaran materi pokok dalam metode klasikal adalah sebagai berikut:

NO
KETERANGAN
JUMLAH
SISWA
JUMLAH
 PERSEN
1.
2.
3.
4.
5.
Siswa yang mendapat nilai >8
Siswa yang mendapat nilai 7-8
Siswa yang mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang mendapat nilai <5
2
3
3
3
4
13,32%
19,98%
19,98%
19.98%
26,64%

JUMLAH
15
100%

Dari kelompok tersebut dapat diketahui, bahwa siswa yang berhasil memperoleh nilai di atas 6 sebanyak 53,28%. Sedang dibawah nilai 5,9 sebanyak 46,62%.
Faktor yang menyebabkan siswa lebih bisa membaca Al-Qur’an dalam metode klasikal adalah membaca Al Qur’an bersama-sama sehingga hampir semua siswa dapat membaca dengan baik dan lancar.
Sedang faktor yang menyebabkan siswa tidak bisa membaca Al-Qur’an dalam metode klasikal adalah pendidik tidak dapat berinteraksi secara langsung, sehingga perhatian pendidik terbagi kepada siswa yang lain juga.

Tabel. 2
Kriteria Penilaian Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Materi Pokok dalam Metode Individual

NO
INDIKATOR
JUMLAH
 SISWA
SKOR

1.
2.
3.
4.
5.
Kriteria Kelancaran
Dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat tanpa berhenti.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat dan ada pengulangan.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan berhenti-henti atau gagap.
Tidak dapat membaca kalimat.
Tidak dapat membaca huruf sama sekali.

3
3
4
3
2

>8
7-8
6-6,9
5-5,9
<5

1.

2.

3.
4.
5.
Kriteria Penerapan Mahraj dan Tajwid
Dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan jelas disertai tajwid yang tepat.
Dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan tepat dan tajwidnya kurang tepat.
Mengucapkan huruf kurang jelas atau tepat dan tajwidnya benar.
Dapat mengucapkan huruf dengan tepat tapi tajwidnya tidak benar.
Tidak dapat membaca huruf dan tajwid.

3

3

4
3
2

>8

7-8

6-6,9
5-5,9
<5

Kritera penilaian tersebut mudah dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima kategori, yaitu;
a.    Nilai >8 termasuk kategori baik sekali.
b.    Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c.    Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d.   Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e.    Nilai <5 termasuk kategori kurang.

Materi Tes
Materi tes yang diberikkan kepada siswa adalah ayat-ayat Al-Qur’an, bahan pelajaran dalam materi untuk TPA yaitu;
-       Q.S At-Takatsur 1-8
-       Q.S Al-Gasyiyah 1-26
-       Q.S Al-Fajr 1-30
-       Q.S Al-Ma’un 1-7
-       Q.S Al-Qadr 1-5
Adapun data yang diperoleh dari hasil materi pokok dalam metode individual sebagaimana terlampir pada lampiran adalah

NO
KETERANGAN
JUMLAH SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
Kategori baik sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
3
3
4
3
2

JUMLAH
15

Dari tabel dan keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar 15 siswa pada mata pelajaran materi pokok dalam metode individual adalah sebagai berikut:

NO
KETERANGAN
JUMLAH
SISWA
JUMLAH
 PERSEN
1.
2.
3.
4.
5.
Siswa yang mendapat nilai >8
Siswa yang mendapat nilai 7-8
Siswa yang mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang mendapat nilai <5
3
3
4
3
2
19,98%
19,98%
26,64%
19,98%
13,32%

JUMLAH
15
100%

Dari kelompok tersebut dapat diketahui, bahwa siswa yang berhasil memperoleh nilai di atas 6 sebanyak 66,6%. Sedang dibawah nilai 5,9 sebanyak 33,3%.
Faktor yang menyebabkan siswa lebih bisa membaca Al-Qur’an dalam metode individual adalah pendidik dapat berinteraksi langsung dengan anak didik, sehingga bimbingan dan arahan mudah dilakukan serta mudah mengetahui kemampuan anak secara jelas.
Sedangkan faktor yang menyebabkan siswa tidak bisa membaca Al-Qur’an dalam metode individual adalah di perlukannya guru yang banyak, karena setiap pendidik harus membimbing seorang anak didik, serta kurangnya bimbingan membaca Al-Qur’an baik dari guru di sekolah maupun dari luar sekolah (orang tua dan masyarakat), karena orang tua mereka ada yang tidak bisa membaca Al-Qur’an dan ada yang terlalu sibuk mencari nafkah sehingga kurang perhatian kepada anaknya dan ada pula yang karena alasan terbentur dengan waktu sekolah.
Tabel. 3
Kriteria Penilaian Kemampuan Materi Penunjang dalam Metode Klasikal.

NO
INDIKATOR
JUMLAH SISWA
SKOR
1.
Pelajaran Ilmu Tajwid
2
5
4
4
>8
7-8
6-6,9
5-5,9
2.
Khutbah atau Ceramah
6
4
5
7-8
6-6,9
5-5,9
3.
Pemberian Tugas
10
5
7-8
6-6,9
4.
Evaluasi
5
5
5
>8
7-8
6-6,9

Kritera penilaian tersebut mudah dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima kategori, yaitu;
a.    Nilai >8 termasuk kategori baik sekali.
b.    Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
c.    Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
d.   Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
e.    Nilai <5 termasuk kategori kurang.
Adapun data yang diperoleh dari hasil materi penunjang dalam metode klasikal sebagaimana terlampir pada lampiran adalah:

NO
KETERANGAN
JUMLAH DARI
15 SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
Kategori baik sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
7
26
18
9
-

JUMLAH
60

Dari tabel dan keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar dari 15 siswa pada mata pelajaran materi penunjang dalam metode klasikal adalah sebagai berikut:

NO
KETERANGAN
JUMLAH DARI
15 SISWA
JUMLAH
 PERSEN
1.
2.
3.
4.
5.
Siswa yang mendapat nilai >8
Siswa yang mendapat nilai 7-8
Siswa yang mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang mendapat nilai <5
7
26
18
9
-
12%
43%
30%
15%
-

JUMLAH
60
100%

Dari kelompok tersebut dapat diketahui, bahwa siswa yang berhasil memperoleh nilai di atas 6 sebanyak 85%. Sedang dibawah nilai 5,9 sebanyak 15%.
Faktor yang menyebabkan siswa bisa pada mata pelajaran materi penunjang dalam metode klasikal adalah:
a)    Metode Tanya Jawab, yaitu
a.    Memberi kesempatan kepada murid untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut.
b.    Guru dapat dengan mudah segera mengetahui kemajuan muridnya dari bahan yang telah diberikan.
c.    Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan baik dari murid dapat mendorong guru untuk dapat memahami lebih mendalam dan mencari lebih lanjut.
b)   Metode Pemberian Tugas, yaitu
a.    Sangat efektif untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan konstruktif.
b.    Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala bentuk tugas belajar.
c.    Memberi dan menanamkan kebiasaan pada murid untuk giat belajar.
d.   Memberi tugas yang bersifat praktis pada murid. (Zuhairini dkk, 1993: 84)
c)    Metode Ceramah, yaitu
a.    Dalam waktu yang relatif singkat dapat di sampaikan bahan yang banyak.
b.    Organisasi kelas lebih sederhana tidak perlu mengadakan pengelompokan murid seperti pada metode sebelumnya.
c.    Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid lebih banyak. (Zuhairini dkk, 1993:74)
d)   Evaluasi
Yaitu penilaian yang dilakukan dalam proses belajar membaca al-quran bagi anak yaitu dengan melihat kemampuan bacaannya, jika membacanya belum lancer dan masih banyak kesalahan maka tidak akan dinaikkan lebih lanjut akan tetapi harus mengulangi.
e)    Suasana yang menyenangkan
Yaitu diciptakan guru dengan jalan menjadikan kelas itu hidup, terjalin hubungan yang baik antar sesama anak, juga antar anak dengan guru.
Sedang faktor yang menyebabkan siswa tidak bisa pada mata pelajaran materi penunjang dalam metode klasikal adalah:
a)    Metode Tanya Jawab, yaitu
a.    Terdapat perbedaan pendapat, akan membutuhkan waktu banyak untuk menyelesaikan.
b.    Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian murid, apabila terdapat jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran.
c.    Relatif  memerlukan waktu lebih banyak, karena kurang dapat secara cepat merangkum bahan-bahan pelajaran. (Zuhairini dkk, 1993: 77)
b)   Metode Pemberian Tugas, yaittu
a.    Anak-anak yang terlalu bodoh sukar sekali belajar.
b.    Kemungkinan tugas yang di berikan di kerjakan oleh orang lain.
c.    Terkadang murid menyalin atau meniru tugas temannya sehingga pengalamannya sendiri tidak ada. (Ramayulis, 1994: 161)
c)    Metode Ceramah, yaitu
a.    Interaksi cenderung bersifat teacher centered (berpusat pada guru).
b.    Guru kurang mengetahui dengan pasti sejauh man siswa dapat menguasai bahan ceramah.
c.    Siswa dapat membentuk konsep lain dari apa yang dimaksudkan guru.
d.   Kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kecakapan dalam mengeluarkan pendapat. (Ramayulis, 1994: 132)
Tabel. 4
Kriteria Penilaian Kemampuan Materi Penunjang dalam Metode Individual
NO
INDIKATOR
JUMLAH SISWA
SKOR
1.
Pelajaran Ilmu Tajwid
5
6
4
7-8
6-6,9
5-5,9
2.
Khutbah atau Ceramah
5
10
7-8
6-6,9
3.
Pemberian Tugas
10
5
7-8
6-6,9
4.
Evaluasi
5
5
5
>8
7-8
6-6,9

Kritera penilaian tersebut mudah dipahami dan dianalisa, maka skor yang diperoleh siswa dibagi dalam lima kategori, yaitu;
1.    Nilai >8 termasuk kategori baik sekali.
2.    Nilai 7-8 termasuk kategori baik.
3.    Nilai 6-6,9 termasuk kategori sedang.
4.    Nilai 5-5,9 termasuk kategori cukup.
5.    Nilai <5 termasuk kategori kurang.

Adapun data yang diperoleh dari hasil materi penunjang dalam metode individual sebagaimana terlampir pada lampiran adalah

NO
KETERANGAN
JUMLAH DARI
15 SISWA
1.
2.
3.
4.
5.
Kategori baik sekali
Kategori baik
Kategori sedang
Kategori cukup
Kategori kurang
5
25
26
4
-

JUMLAH
60

Dari tabel dan keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar dari 15 siswa pada mata pelajaran materi penunjang dalam metode individual adalah sebagai berikut:

NO
KETERANGAN
JUMLAH DARI
15 SISWA
JUMLAH
 PERSEN
1.
2.
3.
4.
5.
Siswa yang mendapat nilai >8
Siswa yang mendapat nilai 7-8
Siswa yang mendapat nilai 6-6,9
Siswa yang mendapat nilai 5-5,9
Siswa yang mendapat nilai <5
5
25
26
4
-
8%
42%
43%
7%
-

JUMLAH
60
100%

Dari kelompok tersebut dapat diketahui, bahwa siswa yang berhasil memperoleh nilai di atas 6 sebanyak 93%. Sedang dibawah nilai 5,9 sebanyak 7%.
Faktor yang menyebabkan siswa bisa pada mata pelajaran materi penunjang dalam metode individual adalah
a)    Metode Tanya Jawab, yaitu
a.    Memberi kesempatan kepada murid untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut.
b.    Guru dapat dengan mudah segera mengetahui kemajuan muridnya dari bahan yang telah diberikan.
c.    Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan baik dari murid dapat mendorong guru untuk dapat memahami lebih mendalam dan mencari lebih lanjut.
b)   Metode Pemberian Tugas, yaitu
a.    Sangat efektif untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan konstruktif.
b.    Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala bentuk tugas belajar.
c.    Memberi dan menanamkan kebiasaan pada murid untuk giat belajar.
d.   Memberi tugas yang bersifat praktis pada murid. (Zuhairini dkk, 1993: 84)
c)    Metode Ceramah, yaitu
a.    Dalam waktu yang relatif singkat dapat di sampaikan bahan yang banyak.
b.    Organisasi kelas lebih sederhana tidak perlu mengadakan pengelompokan murid seperti pada metode sebelumnya.
c.    Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid lebih banyak. (Zuhairini dkk, 1993:74)
d)   Evaluasi, yaitu penilaian yang dilakukan dalam proses belajar membaca al-quran bagi anak yaitu dengan melihat kemampuan bacaannya, jika membacanya belum lancer dan masih banyak kesalahan maka tidak akan dinaikkan lebih lanjut akan tetapi harus mengulangi.
e)    Suasana yang menyenangkan, yaitu diciptakan guru dengan jalan menjadikan kelas itu hidup, terjalin hubungan yang baik antar sesama anak, juga antar anak dengan guru.
Sedang faktor yang menyebabkan siswa tidak bisa pada mata pelajaran materi penunjang dalam metode individual adalah
a)    Metode Tanya Jawab, yaitu
a.    Terdapat perbedaan pendapat, akan membutuhkan waktu banyak untuk menyelesaikan.
b.    Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian murid, apabila terdapat jawaban yang
c.    kebetulan menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran       
d.   Relatif  memerlukan waktu lebih banyak, karena kurang dapat secara cepat merangkum bahan-bahan pelajaran. (Zuhairini dkk, 1993: 77)
b)   Metode Pemberian Tugas, yaittu
a.    Anak-anak yang terlalu bodoh sukar sekali belajar.
b.    Kemungkinan tugas yang di berikan di kerjakan oleh orang lain.
c.    Terkadang murid menyalin atau meniru tugas temannya sehingga pengalamannya sendiri tidak ada. (Ramayulis, 1994: 161)
c)    Metode Ceramah, yaitu
a.    Interaksi cenderung bersifat teacher centered (berpusat pada guru).
b.    Guru kurang mengetahui dengan pasti sejauh man siswa dapat menguasai bahan ceramah.
c.    Siswa dapat membentuk konsep lain dari apa yang dimaksudkan guru.
d.   Kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kecakapan dalam mengeluarkan pendapat (Ramayulis, 1994: 132).



BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
 Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian dengan judul “ Studi  Komparatif Terhadap Metode Pemblajaran Klasikal Dengan Individual”, dapat disimpulakan hal-hal sebagi berikut:
1.      Seluruh kegiatan penelitian dapat dilakukan menurut prosedur yang telah ditetapkan, dan telah membuahkan hasil yang telah ditetapkan.
2.      Berdasarkan penelitian yang telah dirancang, penelitian ini menghasilkan diskripsi “ Kemampuan membaca Al-Qur’an secara Klasikal dan Individual di TPA Durun Nafis”, sebagai berikut:
§  Kemampuan membaca Al-qur’an yang merupakan hasil murni pembelajaran di TPA, yakni dari 15 sampel yang diuji, ternyata 8 siswa memperoleh nilai diatas 6. Sedangkan 7 siswa memperoleh nilai dibawah 6. Dengan demikian dapat dinyatakan mampu membaca  Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid yang benar.
§  Kemampuan membaca Al-qur’an dengan metode Individual lebih efektif dari pada  metode Klasikal. Hal ini disebabkan
B.     Saran
1.      Para Guru dan Orang tua hendaknya ada kerja sama yang baik dan berkelanjutan dan kerjasma yang baik itu harus dipertahankan bila perlu ditingkatkan demi tercapainya prestasi belajar siswa.
2.      Bagi orang tua, perhatian, dukungan dan bimbingan kepada anak dalam pembelajaran membaca Al-qur’an sangat diperlukan sejak anak masih kecil
3.      Kepada peneliti tingkat lanjut hasil penelitian ini belum final karena masih banyak hal yang belum tersentuh sehingga belum tuntas pokok permasalahan yang ada. Namun hasil yang kecil ini diharapkan dapat dijadikan pijakan dalam penelitian lanjutan khususnya mengenai hal-hal yang berkenaan dengan pembelajaran Al-qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, 1994, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. II.
Zuhairini, dkk, 1993, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Solo: Ramadani, Cet. II.
Syukir, Asmuni, 1983, dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas.
Sardiman, 1994, Interaksi dan Motiasi Belajar, Jakarta: Rajawali Pres, Cet.V.
Furhan, Arief. 1982, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional.
Thantowi, Ahmad, 1991, Psikologi Pendidikan, Bandung: Angkasa.
Kartono, Kartini, 1990, Psikologi Umum Cet. II, Bandung:Mandar Maju.

0 komentar:

Posting Komentar