21.4.12

Karya CerpenQ Go To The Simkorsenal

TOP SECRET
Oleh : Mardiana*

Angin bertiup pelan, membawa percikan air menerpah lembut wajahku, dinginya ia telah merasuk kesetiap sel darah merah dipembulu nadiku, ada apa gerangan, langit tidak begitu gelap, akan tetapi gumpalan awan terliat  jelas seakan-akan mereka berkompilasi untuk menutupi sang Nur yang sebelumnya bersinar dengan gagah perkasa.
Suasana sedih tengah menjadi atribut  yang  melengkapi keadaan disini.  Tanah coklat  tua yang menjadi lapisan luar bumi itu, baru saja dicangkul. Beberapa isak tangis mewarnai dikuburnya sebuah raga.  Raga yang masih demikian muda, 20 tahun untuk seorang pemuda yang baik sepertinya.

IbuQ Adalah Arsitek Masa DepanQ ^_^

Ibulah  Arsiteknya
Oleh : Mardiana*

Banyak orangtua dengan alasan menanamkan disiplin, membiasakan kebaikan, dan membuang kebiasaan buruk dengan cara-cara kekerasan. Seorang ibu terkadang mengaku terbiasa mencubit anaknya apabila anak-anaknya “nakal” dan berkata, ”habis bagaimana lagi, dibilangin gak bisa!” banyak orangtua yang menginginkan hasil cepat, namun dengan cara kekerasan. Padahal, kekerasan hanya akan menghasilkan sikap brutal  pada anak bukan disiplin.
Dalam pola relasi seorang ibu dan anak terkadang ada yang megalami pasang surut kedekatan.  Umumnya  kebanyakan ibu berperan sebagai pawang yang menjejali anaknya dengan berbagai macam larangan. Proses belajar anak terjadi hanya searah, tanpa dialog dan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses pemahaman terhadap apa yang disampaikan. Anak hanya mendengarkan ibunya  berbicara seperti birokrat, ibu mendidik seperti pawang yang hendak menjinakan piaraan yang dilatihnya, anak yang hyperaktif dianggap anak nakal yang selalu membuat kegaduhan, anak tidak dapat berekspresi sesukanya karena ibu pemegang hak otoritas terhadap kekondusifan suasana rumah.

Islam VS Kekerasan

Aroma Kekerasan dalam Islam ?
Oleh : Mardiana*
Dalam sejarah dunia, hampir di setiap zaman kekerasan atas nama agama terjadi.  Indonesia dalam hal ini juga tidak mau kalah, hal ini dibuktikan dengan turut  menghadirkan kasus Bom Bali seri I dan II, Perusakan hotel JW Marriot  melaui ‘Bom Bunuh Diri’ serta beberapa aksi-aksi bom bunuh diri lainnya yang mengatasnamakan jihad, sehingga banyak opini yang timbul di benak masyarakat, opini yang seakan-akan memojokan Islam. Sekarang yang menjadi pertanyaan di benak kita bersama “Benarkah Islam identik Dengan Kekerasan?”.

Budaya Konsumerisme


Bulan Ramdhan merupakan bulan yang penuh hikmah dan ampunan serta mengekang nafsu berlebih-lebihan, kehadiran bulan Ramadhan mengundang nuansa tersendiri bagi umat Islam diseluruh plosok dunia, khususnya Indonesia. Banyak cara yang dilakukan umat Muslim di Indonesia dalam menyambut datangnya bulan Ramdhan, entah melalui ritual khusus maupun tidak. Hal ini selaras dengan para pebisnis yang tidak mau kalah dalam menyambut datangnya bulan suci Ramdhan.
Bulan suci Ramdhan menjadi bulan penuh berkah bagi seluruh umat. Berkah yang tidak hanya berasal dari satu ranah saja melainkan berbagai ranah, baik ranah sosial, hiburan sampai ke ranah ekonomi. Para pebisnis menyambut bulan puasa dengan berbagai acara dan event Ramadhan. Di ranah hiburan, kita sudah bisa merasakan bagaimana insan perfilman Indonesia mengcover acaranya dengan nuansa religius.

Contoh Review Buku

1.      Identitas Buku :
Judul Buku      : Negative Learning
Penerbit           : PT. Era Adicitra Intermedia
Penulis             : Masruri
Halaman          :199 Halaman
Tebal               :13 X 19,5 Cm
2.      Identitas        : Mardiana (09110037), Tarbiyah-Fakultas Agama Islam_UMM
3.      Judul Review: Mendiagnosa Dosa Besar dalam Dunia Pendidikan

Di zaman seperti saat ini banyak anak yang malas untuk belajar. Begitu mendengar kata “belajar”, anak-anak pasti segera mencari berbagai alasan untuk menghindar, akibatnya belajar hanya akan menjadi rutinitas yang kepepet untuk dilakukan dan tentu bukan menjadi rutinaitas yang digemari. Anak-anak akan lebih suka bermain dengan teman-teman, bermain komputer atau internet (seperti facebook, twitter dan lain-lain) atau bermain video game dari pada belajar, sebab bagi mereka belajar merupakan sesuatu yang membosankan.

Melihat fenomena yang ada, anak yang dipinta untuk belajar hanya akan membuka buku dan membaca atau mengerjakan PR (Pekerjaan rumah) lantas kemudian ditutup dan ditinggalkan, apabila ditanya sudah belajar apa belum? maka jawabannyapun sudah. Apakah belajar itu memang hanya membaca sekilas dan mengerjakan PR? jika demikian bagaimana pengetahuan anak bisa bertambah, bagaimana pelajaran sekolah anak bisa terserap, selanjutnya tidak jarang suasana hati dalam belajar menjadi hilang sehingga anak menjadi malas untuk belajar.

Contoh Resensi



RESENSI BUKU
Oleh : MARDIANA (09110037)



Judul Buku       : Pengantar evaluasi pendidikan
Pengarang        : Prof. Drs. Anas Sudijono
Tebal Buku      : 488 halaman
Penerbit           : PT. Raja Grafindo persada
Tempat Terbit  : Jakarta
Harga Buku      : Rp. 44.000

 

 
Resep Jitu Terhadap Evaluasi Pendidikan

Segala macam-macam bentuk kegiatan pendidikan tidak akan bisa dipisahkan dari kegiatan evaluasi, tanpa ada evaluasi tidak mungkin akan diketahui hasil usaha pendidikan maka semua kegiatan pendidikan hanya sia-sia belaka, karena kita tidak pernah mengetahui apakah pendidikan yang kita lakukan berhasil atau tidak, baik atau buruk, lulus atau tidak lulus.

Degradasi Peran Pendidikan Agama Islam di Tengah Krisis Multidimensional


Indonesia telah mengalami krisis multidimensional, negara kita sampai saat ini masih saja tebelenggu dengan bobroknya moral melalui kasus-kasus yang tidak memberikan nilai-nilai edukatif terhadap masyarakat dan bangsa kita. Koruptor berkeliaran dimana-mana, baik yang telah diliput media masa maupun yang masih bersembunyi di balik baju dinas kebesarannya. Seakan tidak mau kalah dengan para pemimpinya anak muda jaman sekarangpun tidak mau kalah dengan para pemimpinnya yang mencuri dengan cerdas. Mereka tidak sungkan-sungkan mengambil harta orang lain melalui modus penipuan yang berantai.
Kekerasan, anarchisme, sex bebas, narkoba, dan mengkonsumsi minuman keras sudah menjadi cara hidup gaul bagi para remaja/pelajar dan mahasiswa masa kini. Masyarakatpun demikian, banyak kepentingan-kepentingan yang pada akhirnya menimbulkan perpecahan baik mengatasnamakan suku, daerah maupun agama. Walhasil sampai pada tampak kesebuah titik temu bahwa segala macam krisis yang multidimensi tersebut berpangkal dari “Krisis Akhlaq”.
Krisis inilah yang sering kali menyalahkan peran pendidikan agama Islam. PAI dianggap gagal dalam memberi sentuhan rohani kepada peserta didik. Penulis sebenarnya tidak sepakat jika stigma kegagalan tersebut dilemparkan kepada pendidikan agama Islam, karena semua agama memiliki cara masing-masing dalam mendidik moral. Disamping itu kegiatan mendidik merupakan suatu proses penanaman dan pengembangan nilai-nilai norma dalam setiap bidang  studi, sehingga pendidikan moral tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab guru PAI saja melainkan semua guru sesuai disiplin ilmu yang masing-masing mereka ajarkan.