21.4.12

Islam VS Kekerasan

Aroma Kekerasan dalam Islam ?
Oleh : Mardiana*
Dalam sejarah dunia, hampir di setiap zaman kekerasan atas nama agama terjadi.  Indonesia dalam hal ini juga tidak mau kalah, hal ini dibuktikan dengan turut  menghadirkan kasus Bom Bali seri I dan II, Perusakan hotel JW Marriot  melaui ‘Bom Bunuh Diri’ serta beberapa aksi-aksi bom bunuh diri lainnya yang mengatasnamakan jihad, sehingga banyak opini yang timbul di benak masyarakat, opini yang seakan-akan memojokan Islam. Sekarang yang menjadi pertanyaan di benak kita bersama “Benarkah Islam identik Dengan Kekerasan?”.

Betapapun itu, kita tidak bisa gegabah menyimpulkan latar belakang motif  dalam kekerasan tersebut, butuh kesabaran menganalisa dan memilah persoalan pokok sebagai penyebab utama konflik yang tengah terjadi. Menyatakan Islam identik dengan kekerasan bukan simpul yang tepat, hanya beberapa oknum saja  menunjukkan pembenaran atas “jalan kekerasan” sebagai solusi. Sementara opini global terlanjur melegitimasi Islam itu “Keras dan Kejam”.
Setidaknya ada beberapa hal yang menurut hemat penulis turut  mempengaruhi seseorang melakukan tindak kekerasan dalam agama, diantarnya, ego dan perdamaian. Dalam diri manusia ada dua kekuatan besar yang saling berlawanan yaitu disatu sisi manusia mempunyai ego dan kesadaran. kekerasan muncul akibat dominasi ego sedangkan perdamaian adalah hasil dari kesadaran manusia dalam berintrospeksi untuk melakukan perdamaian.
Selain itu setiap manusia punya klaim pembenaran terhadap pemahaman agama yang dianutnya, ini merupakan sebab berkurangnya toleransi untuk keberadaan agama lain. Dan terakhir pemahaman terhadap hadits secara parsial (terpotong-potong) menyebabkan daya pandang sempit terhadap Islam itu sendiri. Misalnya pemahaman terhadap hadits yang terdapat dalam hadits Arba’in: (Barangsiapa yang melihat kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, apabila ia tidak mampu, handaklah merubah dengan lisannya. Jika itu juga tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemahnya iman). Ketika ada keberanian merubah suatu kemungkaran dengan ‘tangan’ maka itulah hakikat dari tingginya derajat keimanan, sehingga jalan yang dilakukan adalah menghentikan suatu kemungkaran dengan  fisik bahkan kekerasan. Padahal tidaklah demikian, karena di sisi lain dalam Al-Qur’an justru menyerukan tegaknya perdamaian dan dilarangnya melakukan  kerusakan di muka bumi sebagaimana firman Allah: “Dan apabila ia berpaling (dari engkau), ia berusaha untuk berbuat  kerusakan dibumi, dan merusak tanaman-tanaman dan ternak, dan Allah tidak menyukai kerusakan”.(QS.2: 205).
Sebagai Penutup, seorang Mukmin yang bijak ialah orang yang paham tentang konsep dakwah yang baik, penuh hikmah sebagaimana tersurat dalam al-Quran QS.16:125 dan tidak boleh ada pemaksaksaan untuk hal keimanan (Q.S.10:99).
Wallahu a’lam bish shawab.

*Penulis adalah Sekbid Immawati IMM Tamaddun FAI


0 komentar:

Posting Komentar